Ramah Itu Indah
- Idham Ghifari
- May 13, 2020
- 3 min read
Updated: Jun 29, 2020
Kita semua pasti pernah punya pengalaman buruk atau bahkan menjengkelkan tentang pelayanan. Pengalaman buruk sebuah pelayanan dapat kita temui di mana saja. Mulai dari pelayanan di supermarket, penyedia jasa, restoran, sampai pelayanan publik instansi pemerintah. pelayanan pembuatan SIM dan KTP menurut saya adalah pelayanan yang paling buruk sampai saat ini yang pernah saya rasakan. tentunya tidak semua seperti itu. ada beberapa tempat dan instansi pemerintah yang sudah sangat baik dalam memberikan pelayanannya. Masalah ini memang sering terjadi kepada hampir setiap orang. sampai teman kuliah saya pun mengangkat tema ini untuk dijadikan sebagai bahan penelitiannya.
Kalau ditarik ke lingkup yang lebih luas, kita semua sepakat jika orang Indonesia termasuk orang yang paling ramah didunia. Demikian pun dalam hal pelayanan, sebagai contoh pelayanan yang diberikan oleh pramugari Indonesia di penerbangan domestik sangat berbeda dengan pelayanan pramugari asing di penerbangan internasional. Hal itu karena adanya standar pelayanan yang berbeda di tiap negara berdasarkan budaya di negara masing – masing. lalu, kenapa pelayanan kepada konsumen di indonesia masih kurang baik?. tentunya kita harus melihat masalah ini dari dua sisi. sebagian besar tulisan ini memang berada diposisi konsumen yang kurang puas dengan pelayanan, akan tetapi kita juga harus tau apa yang sebenarnya dirasakan oleh seorang pelayan ketika bertugas melayani konsumennya.
Menjadi seorang pelayan memang cukup berat. Dari aspek psikologis, Banyak tantangan yang dihadapi seorang pelayanan ketika bertugas melayani konsumennya. Tak jarang mereka pun memiliki durasi kerja yang cukup lama. Disamping itu, mereka juga bertemu dengan sifat pelanggan yang berbeda beda dan harus memahami keinginan konsumennya. Bayangkan ketika kita harus menjawab pertanyaan dan melakukan hal yang sama kepada semua pelanggan setiap harinya. Merasa lelah dan bosan akan menjadi masalah yang paling sering dijumpai seorang pelayan setiap harinya. Beratnya tantangan tersebut tentunya akan mempengaruhi mood seorang pelayan dalam melayani konsumennya. Cukup berat untuk diterapkan ketika kita merasa lelah dan bosan namun di sisi lain harus tetap ramah dan memahami keinginan konsumen. Saya pun pernah merasakan hal yang sama, orang tua saya memiliki minimarket dan sejak kecil saya membantu melayani pembeli. Saya juga merasakan tantangan yang sama, menjaga mood untuk tetap memberikan pelayanan yang baik adalah hal yang paling sulit untuk dilakukan.
Berdasarkan pengamatan seadanya yang saya lakukan, mayoritas kasus pelayanan yang kurang baik diluar pelayanan pemerintah, berada di kota kecil. Banyak faktor yang menyebabkan itu terjadi, selain faktor geografis mungkin hal ini masuk dalam faktor bisnis. Lagi – lagi pengamatan minim saya menyimpulkan Kemungkinan terbesarnya adalah masih minimnya jumlah pesaing dibidang usaha yang ada. Hal itu membuat usaha – usaha yang ada didaerah seperti toko bahan kebutuhan pokok, restoran dan supermarket masih terfokus pada penjualan produk. Sedangkan aspek pelayanan kepada konsumen masih kurang diperhatikan. Tidak banyaknya persaingan membuat mereka masih cukup nyaman dengan loyalitas konsumen terhadap produknya. Berbeda situasinya di kota metropolitan. Persaingan yang cukup sengit membuat pelaku usaha memutar otak agar mendapatkan loyalitas dari konsumennya. Di Jakarta saja setidaknya ada sekitar tiga juta pekerja formal yang membuktikan persaingan di dunia usaha semakin ketat. Jika hanya bersaing dengan produknya, kemungkinan mendapatkan loyalitas konsumen akan kecil, karena masih banyak pesaing yang menyediakan dan memberikan produk yang lebih baik dan murah. Oleh karena itu banyak cara lain yang dilakukan pelaku usaha untuk mendapatkan loyalitas konsumennya, salah satunya memaksimalkan pelayanan konsumen.
Apapun kondisinya setiap pelayan memang harus selalu profesional dalam menjalankan tugasnya. beberapa tantangan diatas adalah resiko yang pasti akan didapatkan, namun seorang customer juga sebaiknya memahami seorang pelayan dan ikut memberikan suasana yang nyaman dan kondusif.
Disamping semua analisa minimalis dan seadanya dari saya pribadi, mari kita lakukan langkah kecil yang bisa membantu mengatasi masalah tersebut. Sebagai konsumen ada beberapa hal yang dapat kita lakukan. Yang pertama kita dapat menunjukkan sikap yang ramah kepada pelayan, selayaknya tamu kita harus menunjukkan sikap yang ramah dan sopan kepada tuan rumah. Yang kedua, ketika misalkan kita sedang berbelanja di sebuah toko berusahalah untuk mencari tahu sendiri tentang poduk yang ingin kita beli agar tidak merepotkan pelayan. Yang ketiga bertanya tentang hal yang tidak kita pahami dengan sopan dan intonasi yang halus kepada pelayan. Yang terakhir berikan senyuman dan ucapkan terima kasih kepada pelayan ketika urusan kita sudah selesai. Setidaknya beri apresiasi kepada mereka karena sudah memberikan yang terbaik kepada kita.
“Siapapun kalian, apapun status kalian dan setinggi apapun jabatan kalian, bersikaplah ramah dan peduli kepada semua orang. Beri apresiasi terhadap semua kerja keras seseorang dan Percaya mereka telah melakukan yang terbaik.”
留言