top of page

Cari Rumah Baru

  • Idham Ghifari
  • Jun 29, 2020
  • 4 min read

Updated: Oct 18, 2020

Akhir akhir ini ramai sekali perbincangan tentang content creator "legendaris" youtube Indonesia yang satu persatu mulai"pensiun" dari dunia youtube. Tentunya mereka memiliki alasan yang berbeda untuk meninggalkan platform ini dalam berkarya. Masyarakat dan content creator lainnnya pun memiliki perspektif yang berbeda pula dalam melihat fenomena ini.


Youtube memang menjadi "rajanya" media sosial saat ini. Dalam beberapa survei menunjukkan bahwa youtube memang menjadi platforn paling banyak digunakan di Indonesia. Hasil yang didapat dari beberapa lembaga survei tersebut menempatkan youtube di peringkat teratas media sosial yang paling banyak digunakan dengan kisaran jumlah 88%. Tak heran jika fenomena ini menjadi perhatian banyak orang di Indonesia saat ini.


Banyak yang menilai, mulai ditinggalkannya youtube oleh para youtuber "legendaris" ini karena mulai "tidak sehatnya" persaingan di platform tersebut. Sebagian orang juga melihat tidak seimbangnya antara hasil yang diterima content creator dengan effort yang sudah dikeluarkan, baik editing maupun materi konten yang diangkat. Fakta tersebut memang susah terbantahkan, ditambah lagi dengan konten - konten yang mulai kurang bermutu di platform tersebut. Disamping memang tak sedikit pula channel maupun content creator yang bermutu dan mendidik di youtube saat ini.


Jika ditarik lebih jauh lagi. Ada hal yang lebih luas dan mungkin bisa menjadi jawaban dari fenomena dan persoalan tersebut. Disadari atau tidak, keresahan atas fenomena ini sebagian besar dirasakan oleh masyarakat middle up atau kalangan menengah keatas di Indonesia. Ciri dari kalangan ini biasanya memilih sarana atau media hiburan yang anti mainstream. Bisa dibilang mereka selalu menjadi "pelopor" penggunaan platform baru bagi dunia hiburan. Disisi lain orang orang diluar lingkup tersebut tidak merasakan keresahan yang sama. Mereka mungkin masih merasa nyaman dengan TV, Youtube dan social media lainnya saat ini.


Sebagian besar masyarakat indonesia memang masih menyukai hiburan seperti sinetron lokal, kompetisi dangdut dan sinetron india. Tentunya televisi juga masih menjadi media yang paling banyak digunakan. Fakta tersebut nampaknya menjadi alasan dari fenomena menurunnya kualitas tanyangan NET TV beberapa tahun terakhir. Fakta tersebut juga dapat menjadi acuan terhadap fenomena pensiunnya youtuber "lawas" akhir akhir ini.


Di Indonesia, fenomena perpindahan dunia hiburan dari satu platform ke platform lainnya memang terus terjadi dan selalu diikuti. Dari pengalaman dan pandangan pribadi, saya melihat ada pola yang terus berulang dalam konteks perkembangan dunia hiburan khususnya bagi kalangan menengah atas. Orang mungkin sering mengatakan "setiap masa ada orangnya dan setiap orang ada masanya". Dalam dunia entertainment mungkin lebih tepat "setiap masa ada platformnya dan setiap platform ada masanya".


Beberapa tahun lalu, disaat channel televisi lokal menjadi sarana hiburan yang laris manis, masyarakat menengah atas di Indonesia justru lebih menikmati tayangan televisi luar negeri seperti HBO, National geographic dan tayangan internasional lainnya. Nampaknya wishnutama melihat peluang itu dan akhirnya muncul lah NET TV yang mempunyai misi "memfasilitasi" kalangan menengah atas di Indonesia untuk mendapatkan hiburan yang tepat. Optimisme dan antusiasme membanjiri NET pada awal kemunculannya. Program yang berkualitas, kinerja crew yang profesional dan elegan serta show yang spektakuler menjadi strategi NET mendapatkan simpati segmen masyarakat middle up di Indonesia.


Setelah hampir 7 tahun mengudara, nampaknya strategi NET kurang "manjur". Rating yang masih kalah jauh dengan kompetisi dangdut dan sinetron india mungkin menjadi faktor "dompet" Net Mediatama tak terisi lagi setelah "bakar duit" beberapa tahun terakhir. Dari situ NET akhirnya menurunkan kualitas tayangannya dan tak lagi idealis seperti dulu. Akhirnya masyarakat menengah atas tadi terpaksa mencari platform lainnya untuk mencari hiburan yang tepat.


Youtube nampaknya menjadi partner NET bagi kalangan middle up di Indonesia pada waktu itu. Tahun 2007 mungkin menjadi tahun pertama saya menggunakan youtube. Saya ingat pada saat itu youtube masih "sangat sepi" dan kontennya pun masih sangat random. Sekitar tahun 2012, mulai muncul para content creator yang mulai "menjelajahi" dunia youtube. Raditya Dika, Arief Muhammad, Bayu skak dan Chandraliow adalah youtuber lokal yang paling sering muncul pada waktu itu dengan content vlog nya.


Di Indoensia, tahun 2005 (sejak didirikannya youtube) hingga tahun 2012 bisa dibilang menjadi fase "percobaan" karena pengguna yang masih sedikit dan belum menjadi media alternatif disamping televisi. Tahun 2012 hingga akhir tahun 2018 mungkin menjadi fase "suburnya" youtube, dimana dalam rentan tahun tersebut mulai banyak content creator yang masuk dan viewers yang meningkat. Akhirnya tahun 2018 sampai saat ini youtube memasuki fase "laris manis" dimana semua orang bisa menjadi youtuber.


Dari perjalanan menonton channel luar negeri dan akhirnya beralih menyaksikan tayangan NET TV dan youtube, masyarakat middle up tersebut saat ini nampaknya harus beralih ke platform lainnya dalam mencari hiburan yang pas. lalu apa platform selanjutnya? nampaknya netflix dan spotify beserta podcastnya menjadi pengganti sementara bagi mereka saat ini.


Satu hal yang paling saya yakini adalah "dunia entertain itu sangat dinamis". Dunia hiburan akan selalu diminati dengan platform yang berbeda di setiap zamannya. Dulu, tabloid atau majalah adalah media yang paling laris untuk dunia entertain, radio juga sempat jadi platform yang keren buat anak muda pada masanya. Setelah itu TV menjadi wadah yang nyaman bagi industri ini dan saat ini media digital yang menguasainya. dari situ kita bisa melihat bahwa fenomena ini adalah fase shifting atau perpindahan platform bagi dunia hiburan dalam perjalanannya dan orang yang sedang mencari "rumah baru" untuk hiburannya.


Dari perspektif diatas, tidak ada yang salah dalam fenomena tersebut akhir akhir ini. Semua platform baik apabila dimanfaatkan dengan baik pula. tak lupa setiap orang juga punya selera dan pilihan masing - masing dalam memilih hiburan. semua bebas memilih, semua bebas berpendapat dan semua punya perspektif masing masing dalam menyikapinya.


Recent Posts

See All
Anak STM ikut demo atau belajar aja?

Akhir akhir ini tertarik untuk mengikuti kabar beberapa demonstran yang diamankan oleh polisi setelah aksi unjuk rasa menolak RUU Cipta...

 
 
 
Ramah Itu Indah

Kita semua pasti pernah punya pengalaman buruk atau bahkan menjengkelkan tentang pelayanan. Pengalaman buruk sebuah pelayanan dapat kita...

 
 
 

Comments


Post: Blog2_Post

Subscribe Form

Thanks for submitting!

©2020 by campuraduk. Proudly created with Wix.com

bottom of page